Senin, 18 Januari 2010

Laporan Magang Gizi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo

1. Kondisi Geografis Kabupaten Purworejo

Kabupaten Purworejo terletak di bagian selatan, tepatnya pada posisi 109° 47' 28'' sampai 110° 8' 20'' Bujur Timur dan 7° 32' sampai 7° 54' Lintang Selatan, merupakan salah satu dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen

b. Sebelah Utara : Kabupaten Magelang dan Wonosobo

c. Sebelah Timur : Kabupaten Kulonprogo DIY

d. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Adapun luas wilayah 1034,81752 Km2

Ketinggian wilayah Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 sampai 420 meter di atas permukaan air laut. Jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo pada tahun 2008 berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo adalah 780.394 jiwa (Profil DKK Purworejo, 2008).

U

kabupaten

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Purworejo

2. Luas dan Pembagian Wilayah Administrasi

Wilayah Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16 kecamatan dengan 25 kelurahan dan 469 desa. Daerah yang terluas adalah Kecamatan Bruno dengan luas 108,43 Km2 atau sekitar 10,48 persen dari luas total Kabupaten Purworejo. Sedangkan Kecamatan Kutoarjo merupakan kecamatan yang memiliki daerah paling kecil yaitu hanya seluas 37,59 Km2 atau sekitar 3,63 persen dari luas total Kabupaten Purworejo.

Dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo tersebar pelayanan kesehatan pemerintah, yaitu 1 RSUD Kelas B, 2 RSIA, 27 Puskesmas, 66 Puskesmas Pembantu. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh swasta antara lain RS PKU Muhammadiyah, RS Aisyiah, RS Permata, RS Kasih Ibu berada di wilayah Kecamatan Purworejo. Di Kecamatan banyuurip ada 1 rumah sakit yaitu RS Purwa Husada dan di Kecamatan Kutoarjo ada 1 rumah sakit yaitu RS Palang Biru ( Profil DKK Purworejo, 2007 ).

3. Keadaan Demografi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo tahun 2007 adalah 778.512 jiwa Apabila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 776.452. jiwa, maka terjadi kenaikan sebanyak 2.060 jiwa atau 0,27 persen. Jika dibandingkan dengan kenaikan tahun 2006 adalah sebanyak 2.167 jiwa atau 0,28 persen maka tahun 2007 terjadi penurunan.

Untuk persebaran penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2007 ini masih belum merata. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo tercatat sebesar 752,32 jiwa setiap kilometer persegi. Jika dibandingkan tahun 2006 kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo mengalami kenaikan, 1,99 jiwa setiap kilometer persegi, dimana wilayah Kecamatan Kutoarjo masih merupakan wilayah terpadat, dengan tingkat kepadatan 1.707,90 jiwa setiap kilometer persegi kemudian Kecamatan Purworejo dengan tingkat kepadatan 1.705.20 jiwa setiap kilometer persegi. Dengan demikian pola penyebaran penduduk di Kabupaten Purworejo pada daerah-daerah yang aktifitas ekonominya tinggi, sarana dan prasarana memadai dan kondisi sosial ekonominya lebih baik. Sebaliknya kepadatan penduduk yang rendah pada umumnya terdapat pada daerah-daerah yang aktifitas ekonominya relative masih rendah dan keadaan sarana transportasi masih terbatas, yaitu di Kecamatan Bruno dengan tingkat kepadatan 407,00 jiwa setiap kilometer persegi dan Kecamatan Kaligesing dengan tingkat kepadatan 480,33 jiwa setiap kilometer persegi.

Rumah tangga di Kabupaten Purworejo dalam 2 tahun terakhir ini sedikit mengalami penurunan dari 200.927 pada tahun 2005 menjadi 199.731 pada tahun 2006 atau 1.196 sekitar 0,60% dan pada tahun 2007 menjadi 195.405 atau turun 4.326 sekitar 2,17%.

Untuk rata-rata anggota rumah tangga sedikit mengalami kenaikan sebesar 0,09 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Purworejo tahun 2007 rata-rata penduduk per rumah tangga tercatat sebesar 3.98 jiwa dan pada tahun 2006 sebesar 3,89 jiwa. Sementara itu jumlah rumah tangga tertinggi dan terrendah pada 3 tahun terakhir atau sejak tahun 2005 sampai tahun 2007 masih sama, yaitu tertinggi di Kecamatan Purworejo sebesar 21.729. jiwa (11,12%) dan terendah di Kecamatan Bagelen sebanyak 7.934 jiwa atau 4,06% ( Profil DKK Purworejo, 2007 ).

4. Kondisi Umum Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo

DKK Purworejo merupakan salah satu instansi pemerintah yang begerak di sektor kesehatan dengan visi Indonesia sehat 2010. Wilayah Kabupaten Purworejo terdiri 16 kecamatan. Dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo tersebar pelayanan kesehatan pemerintah, yaitu 1 RSUD Kelas B, 2 RSIA, 27 Puskesmas, 66 Puskesmas Pembantu. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh swasta antara lain RS PKU Muhammadiyah, RS Aisyiah, RS Permata, RS Kasih Ibu berada di wilayah Kecamatan Purworejo. Di Kecamatan Banyuurip ada 1 rumah sakit yaitu RS Purwa Husada dan di Kecamatan Kutoarjo ada 1 rumah sakit yaitu RS Palang Biru.

a. Dasar

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berpikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Purworejo.

b. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya pembinaan dan pengembangan sarana kesehatan serta penyediaan sistem informasi kesehatan yang prima dalam meningkatkan kemandirian kesehatan dan peran serta aktif sektor swasta dan pemerintah menuju Purworejo Sehat 2010. Adapun pengertian dari Purworejo Sehat 2010 dalam Visi tersebut yakni:

a. Masyarakat sudah melaksanakan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)

b.Masyarakat mampu memelihara kesehatannya sendiri dan terjangkaunya pelayanan kesehatan secara merata

c. Tercapainya derajat kesehatan yang optimum.

2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan mempunyai misi :

a. Membina terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu disarana kesehatan dengan berpedoman pada etika dan profesionalisme.

b. Menetapkan kebijakan daerah dalam bidang kesehatan dengan menyusun sistem kesehatan daerah dan mengembangkan surveilans epidemiologi.

c. Mendorong terwujudnya pemberdayaan masyarakat dalam kemitraan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

c. Strategi

Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dalam mewujudkan visi dan misi adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan kabupaten

2. Mewujudkan good governance dijajaran kesehatan kabupaten

3. Mengoptimalkan Sistem Informasi Kesehatan dan sistem informasi penunjang lainnya

4. Pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

5. Pengembangan sumberdaya kesehatan

6. Pelaksanaan upaya kesehatan melalui peningkatan kompetensi sumberdaya

7. Pemanfaatan informasi survailance untuk perencanaan dan kegiatan program

8. Memantapkan kegiatan penelitian terapan dan kerjasama studi operasional dengan perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya.

d. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Terselenggaranya pembangunan kesehatan kabupaten secara berhasil guna dan berdaya guna untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.

b. Tujuan Khusus

1) Tersedianya peraturan daerah dan produk hukum lainnya yang menunjang sistem kesehatan kabupaten.

2) Terselenggaranya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dengan sistem informasi lainnya di kabupaten.

3) Terlaksananya promosi kesehatan yang terintegrasi dengan pembangunan daerah berbasis pemberdayaan masyarakat.

4) Terlaksananya sistem surveilans penyakit dan sistem kewaspadaan dini penyakit/wabah/bencana baik di tingkat institusi maupun masyarakat.

5) Terlaksananya perencanaan kesehatan berbasis evidence yang ditopang dengan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.

6) Tersediannya pemerataan distribusi tenaga kesehatan baik spesifikasi maupun mutu.

7) Terselenggaranya ketersediaan obat esensial dan perbekalan yang aman dan bermutu serta terjangkau.

2. Sasaran

Sasaran pembengunan kesehatan Kabupaten Purworejo adalah:

a. Seluruh petugas dan karyawan Dinas Kesehatan di semua jenjang memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pemberi pelayanan kepada individu maupun masyarakat.

b. Seluruh petugas kesehatan untuk selalu meningkatkan potensinya melalui kegiatan pembelajaran secara kontinyu dan akuntabel.

c. Seluruh anggota masyarakat sadar, mau dan mampu berperilaku hidup sehat dan bersama-sama berupaya mengatasi masalah kesehatan di lingkungannya.

d. Seluruh pimpinan/pengambil keputusan komit dan konsisten sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

e. Setiap lingkungan pemukiman, tempat-tempat umum (TTU), tempat lingkungan bersih dan usaha, tempat wisata mengutamakan sehat.

f. Pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan terpadu pada semua jenjang pelayanan serta berfungsinya unit pelayanan rujukan.

g. Pemanfaatan sistem informasi kesehatan secara on-line di setiap jenjang pelayanan diutamakan pada pelayanan pemerintah.

e. Cara Pencapaian Sasaran

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, Dinas Kesehatan melaksanakan berbagai kegiatan yaitu:

1. Kebijakan.

a. Membangun komitmen para stakeholder dalam pembangunan berwawasan kesehatan dengan memantapkan kemitraandan kerja sama lintas fungsi/lintas sektoral.

b. Membangun kompetensi sumber daya kesehatan yang profesional.

c. Mengendalikan manajemenproses dan distribusi dalam pelayanankesehatan esensial dengan mendorong pengembangan sumberdaya kesehatan yang ada di wilayah (local spesific).

2. Program dan Kegiatan.

Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dalam melaksanakan pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun 2008. adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran.

1) Penyediaan jasa surat menyurat,

2) Penyediaan jasa komunikasi, sumberdaya air dan listrik,

3) Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor,

4) Penyediaan jasa jaminan barang milik daerah,

5) Penyediaan alat tulis kantor,

6) Penyediaan barang cetakan dan penggandaan,

7) Penyediaan makanan dan minuman,

8) Penyediaan koordinasi dan konsultasi ke luar daerah,

9) Penyediaan koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah.

b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

1) Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan,

2) Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional,

3) Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor,

4) Pemeliharaan jaringan Sistem Informasi Kesehatan.

c. Program Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan.

1) Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD.

d. Program Rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan beserta sarana

pendukungnya.

1) Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan,

2) Administrasi pengadaan sarana dan prasarana kesehatan,

3) Rehabilitasi Puskesmas,

4) Rehabilitasi Puskesmas Pembantu (Pustu),

5) Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (PKD),

6) Rehabilitasi rumah dinas,

7) Administrasi perencanaan dan pengawasan rehabilitasi,

8) Pengadaan peralatan kesehatan (Bid. Yanmed),

9) Administrasi pengadaan peralatan kesehatan (Bid. Yanmed),

10) Pengadaan peralatan kesehatan (Bid. P2MPL),

11)Administrasi pengadaan peralatan kesehatan (Bid. P2MPL),

12) Pengadaan alat promosi kesehatan,

13) Administrasi pengadaan alat promosi kesehatan,

14) Pembangunan senderan lingkungan Puskesmas,

15) Rehabilitasi rumah dinas paramedis puskesmas Pituruh.

e. Program kebijakan dan manajemen peningkatan kesehatan.

1) Pengelolaan sistem manajemen kesehatan.

2) Pengelolaan keuangan kegiatan Dinas Kesehatan.

f. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

1) Penanggulangan penyakit demam berdarah (DBD),

2) Penanggulangan penyakit flu burung,

3) Penanggulangan penyakit kelamin & HIV AIDS,

4) Penanggulangan penyakit Tuberculosis (TBC),

5) Peningkatan surveilan epidemiologi penanggulangan wabah,

6) Peningkatan imunisasi,

7) Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah.

8) Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular malaria.

g. Program obat dan perbekalan kesehatan

1) Pengadaan obat & perbekalan kesehatan

2) Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.

3) Peningkatan mutu penggunaan dan perbekalan kesehatan.

4) Pengepakan obat dan pengiriman.

h. Program Peningkatan Pola Hidup Bersih dan Sehat

1) Pemberdayaan kesehatan masyarakat,

2) Pengendalian lalat di tempat pembangunan akhir dan tempat pembuangan sementara.

3) Pembinaan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pengolahan makanan dan pestisida serta pengawasan IRT dan sarana kesehatan swasta,

4) Operasional laboratorium air,

5) Pendampingan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS),

6) Pelatihan bahaya merokok terhadap kesehatan.

i. Program Peningkatan Gizi Untuk Anak

1) Pemberian tambahan makanan dan vitamin.

j . Program Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat.

1) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan,

2) Peningkatan pelayanan ASKES tingkat pertama,

3) Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan,

4) Peningkatan kesehatan masyarakat,

5) Peningkatan pelayanan kesehatan calon jemaah haji,

6) Kegiatan puskesmas rawat inap,

7) Sosialisasi dan bintek pemanfaatan PKD

8) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya.

l. Program standardisasi pelayanan kesehatan.

1) Pelayanan data dan perijinan kesehatan.

2) Pelayanan administrasi kepegawaian aparat kesehatan ( Profil DKK Purworejo, 2008 ).

5. Analisis Situasi Khusus Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo

Seksi Gizi merupakan bagian dari bidang kesehatan keluarga yang di pimpin oleh seorang kepala seksi, 2 orang staf administrasi dan 2 orang staf teknis. Seksi Gizi mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksaanaan kebijakan tekhnis serta pembinaan di bidang gizi yang meliputi:

a. Penyusunan rencana dan program gizi di bidang gizi

b. Peningkatan pendidikan gizi

c. Penanggulangan kurang energy protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A (KVA), dan kekurangan zat gizi mikro lainya

d. Penanggulangan gizi lebih.

e. Peningkatan surveillans gizi

f. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

g. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala bidang Kesehatan Keluarga sesuai dengan tugas pokok ( Peraturan Bupati, 2008 ).

B. Studi Kasus

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin, suatu senyawa kimia dalam sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini bisa karena kadar hemoglobinnya yang berkurang, atau sel darah merahnya yang berkurang. Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa dia mengalami anemia dan baru sadar pada saat menjalani tes darah seperti pada waktu donor darah dan tes darah lengkap. Namun gejala umum anemia adalah mudah capek, nafas gampang tersengal-sengal dan terlihat pucat.

Kasus anemia pada ibu hamil yang terjadi di Kabupaten Purworejo mempunyai prevalensi yang cukup tinggi. Pada tahun 2008 sebesar 10,9% menderita anemia dari total seluruh ibu hamil yaitu 11.154 jiwa. Selain itu, cakupan Fe pada ibu hamil juga belum memenuhi target, yaitu sebesar 100%.

Pemecahan masalah anemia pada ibu hamil ini dapat dilakukan dengan memberikan tablet Fe. Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Berdasarkan data hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh DKK purworejo dalam rangka penanggulangan dan survei anemia pada ibu hamil pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Hasil survei anemia pada ibu hamil ibu hamil tahun 2007 ( Hb <11g%>

b. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Fe1, Fe3 tahun 2008. Data pelayanan Fe tersebut merupakan data laporan rutin bulanan Puskesmas pada tahun 2008 yang diserahkan kepada DKK Purworejo. Dari data pelayanan Fe tersebut dapat diketahui bahwa jumlah ibu hamil di Kabupaten Purworejo adalah 11.154 jiwa. Sebanyak 10.457 mendapatkan pelayanan Fe1, sedangkan 9.174 jiwa mendapatkan pelayanan Fe3.

c. Hasil analisa data gizi tahun 2008. Dari analisa tersebut dapat diketahui bahwa jumlah total ibu hamil di Kabupaten Purworejo sebanyak 11.154 jiwa. Sebanyak 1.219 jiwa menderita anemia atau sekitar 10,9%.

d. Rekapitulasi ibu hamil yang mendapatkan Fe 30 dan Fe 90 tahun 2008. Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa jumlah total bumil 11.154 jiwa, yang mendapat Fe 30 sebanyak 10.457 jiwa, sedangkan Fe 90 sebanyak 9.174 jiwa.

e. Rekapitulasi ibu hamil anemia tahun 2008. Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa jumlah total ibu hamil 11.154 jiwa. Sebanyak 1.219 jiwa menderita anemia atau sekitar 10,9%.

2. Pembahasan

a. Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Purworejo

Berdasarkan data yang diperoleh dari DKK Purworejo kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Purworejo tahun 2008 adalah sebanyak 1.219 jiwa dari 11.154 jiwa atau sebesar 10,9%. Jumlah ini termasuk rendah. Namun demikian dapat naik terus-menerus jika tidak ditanggulangi dengan baik.

Menurut data hasil survei anemia pada ibu hamil tahun 2008 dengan Hb <>

DKK Purworejo melakukan berbagai program kegiatan yang tujuannya untuk memperkecil jumlah kasus anemia pada ibu hamil di wilayah Kabupaten Purworejo. Kegiatan yang dilakukannya meliputi :

1. Pengadaan Fe

a. Penyediaan Fe dari DKK Purworejo

Penyediaan Fe di DKK Purworejo direalisasikan dengan menggunakan Dana Alokasi Umum ( DAU ). Permintaan jumlah Fe yang disesuaikan dengan data tahun sebelumnya dan ditambah 10%. Penambahan ini dilakukan karena dimungkinkan ada penambahan jumlah ibu hamil. Pada bulan September 2008 ada sisa 162 kotak, setiap kotak berisi 3000 tablet. Sedangkan pada bulan juni 2009 sisanya tinggal 11 kotak.

b. Penyediaan Fe dari Dinkes Propinsi

Penyediaan Fe ini dilakukan karena ada program perbaikan gizi yang dilakukan oleh Dinkes Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2009. Pengalokasian Fe berjumlah 8459 sachet pada bulan juni 2009. Setiap satu sachet berisi 30 tablet. Sedangkan penggunaan Fe yang terakhir pada tanggal 5 Agustus 2009 sisanya sebanyak 67 kotak. Dengan demikian keseluruhan sisanya adalah sebanyak 78 kotak. Penggunaan Fe tergantung tanggal kadaluarsanya. Jika tanggal kadaluarsanya semakin dekat maka akan lebih dulu digunakan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pemberian Fe pada ibu hamil dilakukan oleh bidan Puskesmas pada setiap kunjungan ibu hamil baik di Puskesmas, Posyandu, bidan dan dokter. Akan tetapi sebelum pemberian tablet Fe terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan Hb. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan seluruhnya oleh ibu hamil. Hal ini di karenakan masih cukup mahalnya biaya yang harus dibayarkan. Walaupun demikian, semua ibu hamil akan mendapatkan Fe dengan atau tanpa pemeriksaan Hb terlebih dahulu.

3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk memantau dan menganalisis hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten kepada ibu hamil yaitu dengan cara melihat data cakupan kunjungan periksa ibu hamil di tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa aktif ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Sedangkan untuk evaluasinya dilakukan dengan cara membandingkan cakupan kunjungan ibu hamil pertama ( K1 ) dan kunjungan ibu hamil yang keempat ( K4 ) dengan target.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Purworejo

Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan program penanggulangan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Bayan Kabupaten Purworejo ditemukan beberapa hal yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil, diantaranya :

1. Cakupan Fe yang belum sesuai dengan target

a. Faktor pada ibu hamilnya sendiri

1. Jarang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan

2. Sudah melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter

3. Mengkonsumsi Fe secara mandiri

4. Kesadaran yang kurang akan pentingnya Fe pada masa kehamilan.

b. Faktor pada petugas kesehatan

Pendataan ibu hamil yang belum maksimal.

c. Faktor pada tokoh masyarakat

1. Kurangnya dukungan yang diberikan dari tokoh masyarakat

2. Sikap yang kurang peduli terhadap terlaksananya program penanggulangan anemia pada ibu hamil.

2. Ibu hamil

a. Tablet Fe yang diberikan tidak dikonsumsi secara maksimal. Hal ini terjadi karena biasanya setelah mengkonsumsi Fe perut akan terasa sedikit mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar.

b. Tablet Fe yang dikonsumsi selaput gulanya kemungkinan sudah tidak utuh lagi.

c. Cara konsumsi yang salah. Misalnya meminumnya dengan air teh. Telah diketahui bahwa air teh dapat menghambat absorbsi Fe dalam tubuh.

d. Kurangnya mengkonsumsi sayuran yang mengandung besi, misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

e. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya mengkonsumsi Fe pada masa kehamilan.

c. Alternatif Pemecahan Masalah

Penangulangan anemia pada ibu hamil harus memperhatikan penyebab masalah. Karena faktor penyebab anemia pada ibu hamil sangat kompleks (multidimensional), maka penangulangannya juga harus memperhatikan berbagai aspek. Cara pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan pemberian tablet Fe pada ibu hamil yang menderita anemia.

2. Memberi pengertian kepada ibu hamil mengenai cara meminum tablet Fe yang baik, misalnya dengan air putih.

3. Penyuluhan terhadap ibu hamil tentang pentingnya konsumsi Fe pada masa kehamilan.

4. Meningkatkan keaktifan dan peran serta petugas kesehatan.

5. Meningkatkan peran serta tokoh masyarakat.

6. Konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe), misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

LAPORAN MAGANG

TINJAUAN PROGRAM GIZI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN ANEMIA PADA

IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN PURWOREJO

UNSOED


oleh

SYAIFULLOH

L1A006076

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYRAKAT

PURWOKERTO

2009

HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa Proposal Kegiatan Magang Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman dengan judul TINJAUAN PROGRAM GIZI DALAM RANGKA PENANGGULANGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO, yang disusun oleh :

Nama : SYAIFULLOH

NIM : L1A006076

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal ...... September 2009

Purwokerto, ...... September 2009 Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik Magang

(Sri Wahyuni, SKM ) (Ir. Endo Dardjito, MPPM)

NIP. 19670405 199103 2 101 NIP. 19580418 198201 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat

(Arif Kurniawan, SKM, M.Kes)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dasar yang harus dipenuhi dimana dalam upaya pemenuhannya memerlukan berbagai langkah terpadu dan menyeluruh agar derajat kesehatan dapat dicapai seoptimal mungkin. Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal menunjukkan berhasilnya sistem pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh suatu negara. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik jasmani maupun rokhani (Notoatmodjo, 2003).

Negara Indonesia umumnya masih menghadapi masalah gizi, utamanya adalah Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vit A (KVA), Kekurangan Zat Besi (Anemia), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang masih menjadi masalah gizi umum yang tersebar hampir di seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Keadaan gizi masyarakat akan memberi pengaruh terhadap tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu indikator Index Pembangunan Manusia (IPM). Kekurangan gizi seperti ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan akibat kekurangan gizi cukup kompleks, maka pemerintah berupaya maksimal untuk menanggulanginya.

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penaggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Masalah-masalah gizi tersebut jika tidak ditangani secara cepat dan tepat pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa mendatang.

Masalah gizi lain yang cukup banyak kasusnya adalah anemia. Anemia mempunyai dampak yang cukup berbahaya, apalagi jika diderita oleh ibu hamil. Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi. yang dapat diatasi melalui pemberian, zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.

Selain itu keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima, disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan visi dan misi Indonesia sehat 2010, upaya pembangunan kesehatan secara bertahap diubah menjadi upaya kesehatan terintregrasi menuju kawasan sehat dengan menekankan pada pentingnya upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan peran aktif dari masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Hal ini ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, mampu menyediakan dan mempratekkan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi dan optimal.

Kegiatan magang merupakan pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, untuk menjembatani mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya ke dalam dunia kerja. Fakta sering kali menunjukkan bahwa sarjana-sarjana yang baru lulus (fresh graduate) belum mampu bekerja secara maksimal karena belum mempunyai pengalaman kerja. Untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman kerja, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman menyelenggarakan kegiatan magang.

Kegiatan magang merupakan sarana latihan kerja bagi mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan keterampilan di bidang keilmuan kesehatan masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional dalam bekerja. Dalam pelaksanaannya, magang berarti melaksanakan apa yang menjadi fungsi, tugas, kewajiban, dan pekerjaan pokok dari institusi tempat magang, yang relevan dengan keilmuan kesehatan masyarakat. Mahasiswa peserta magang juga diharapkan dapat membantu memecahkan masalah kesehatan yang mungkin sedang dihadapi oleh institusi magang tersebut.

Magang/praktek kerja merupakan program intrakulikuler dalam bentuk kegiatan belajar di lapangan yang merupakan wahana bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta diharapkan mampu memecahkan masalah kesehatan yang ada ditempat magang. Kegiatan magang dapat dilakukan di berbagai instansi, perusahaan dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Berdasarkan hal tersebut maka kami melaksanakan magang di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, dengan harapan dapat memahami permasalahan kesehatan dan mempunyai keterampilan dalam bidang gizi sebagai bekal sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dibuat perumusan masalah Bagaimanakah perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program gizi dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo?“.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan praktek kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo untuk meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap serta keterampilan di dunia kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.

b. Mempelajari perencanaan program gizi dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.

c. Mempelajari pelaksanaan program gizi dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.

d. Mempelajari proses monitoring dan evaluasi program gizi dalam rangka penanggulangan anemia pada ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Tempat Magang

a. Institusi magang dapat memanfaatkan tenaga magang sesuai dengan kebutuhan di unit kerjanya.

b. Institusi magang mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah dikenal mutu, dedikasi, dan kredibilitasnya.

c. Laporan magang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber infrmasi mengenai situasi umum institusi tempat magang tersebut.

2.Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

a. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata di dunia kerja yang berguna bagi peningkatan kualitas lulusan Jurusan Kesehatan Masyarakat.

b. Menjalin kerja sama dengan institusi magang sehingga dapat mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan ilmu kesehatan masyarakat di dunia kerja.

b. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan di dunia kerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ilmu Gizi

Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Bila dikaji lebih mendalam, ilmu gizi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi pangan, distribusi dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh baik dalam keadaan sakit dan sehat. Oleh karena itu, ilmu gizi erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lain diantaranya adalah ilmu argonomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, dan lain sebagainya. Selain itu konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan, perilaku makan, dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan erat dengan ilmu-ilmu sosial tersebut (Almatsier, 2003).

Tingkat konsumsi seseorang baik secara kualitas atau kuantitas dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Berdasarkan keadaan kesehatan perorangan dapat menjadikan suatu dasar penilaian kondisi masyarakat. Penilaian kondisi tersebut berdasarkan pada kondisi klinik, biokimiawi, dan kondisi antropometrik (Sediaoetama, 2000 ).

B. Masalah Gizi

Pola konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: sosial, ekonomi lingkungan budaya seperti kebiasaan, kepercayaan, tahayul dan adat yang akan menentukan keadaan gizi seseorang. Kebutuhan seseorang akan jumlah gizi yang berkualitas tergantung pada usia, jenis kelamiin dan jenis kegiatannya sehari-hari (Irianto, 2007).

Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai masalah gizi. Masalah- masalah gizi di Indonesia termasuk dalam kelompok penyakit defisiensi. Penyakit defisiensi tersebut dianggap sudah mencapai kegawatan karena kerugian yang mungkin ditimbulkan dapat berdampak pada pembangunan bangsa secara nasional. Salah satu masalah gizi utama yang termasuk penyakit defisiensi tersebut adalah anemia.

Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Anemia biasanya sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kekurangan zat besi, perdarahan, genetik, kekurangan vitamin B12 , kekurangan asam folat, pecahnya dinding sel darah merah dan gangguan sumsum tulang.

Orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post partum dan rentan infeksi. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan. Kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan (Choerul, 2006).

1.Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan .membentuk sel darah merah janin - dan plasenta. Makin sering seorang wanita. mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe

b. Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe

c. Untuk darah janin 100 mgr Fe

Jumlahnya adalah 900 mgr Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr%
maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%. Setelah persalinan-dengan lahirnya plasenta dan perdarahan-ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Hb 11 gr% tidak anemia

b. 9-10 gr% anemia ringan

c. 7-8 gr% anemia sedang

d. <>

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat. Fe sebanyak.90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

3. Bentuk-Bentuk Anemia

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut:

a. Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari: protein, glukosa, dan lemak vitamin B12, B6, asam folat, dan vit. C elemen dasar: Fe, ion Cu dan zink.

b. Sumber pembentukan darah ( sum-sum tulang )

c. Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan.

d. Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel- sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.

e. Terjadinya perdarahan kronik (menahun): gangguan menstruasi penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks, penyakit darah parasit dalam usus: askariasis, ankilostomiasis, taenia.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, anemia dapat digolongkan menjadi :
a. Anemia defisiasi besi (kekurangan zat besi).
b. Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
c. Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)
d. Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah).

4. Pengobatan Anemia pada Kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas.

C. Kelompok Rentan Gizi

Masalah gizi tersebut dapat menyerang siapa saja terutama mereka yang termasuk kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat menderita kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat yang memerlukan zat gizi relatif besar. Yang termasuk kelompok rentan gizi adalah:

  1. Bayi 0 – 1 tahun
  2. Kelompok balita 1 – 5 tahun
  3. Kelompok anak sekolah 6 – 13 tahun
  4. Kelompok remaja 14 – 20 tahun
  5. Kelompok ibu hamil dan menyusui

Batas-batas kelompok umur diatas itu tidak mutlak dan ada pula pengelompokkan lain. Kelompok Manula (Manusia Lanjut Usia) sering pula dimasukkan kedalam kelompok rentan gizi, karena mempunyai sifat-sifat khusus yang menyebabkan kelompok ini mudah pula terkena kelainan gizi (Sediaoetama, 2000).

D. Gizi dan Infeksi

Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Santoso, 1999).

Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Penyakit infeksi masih menghantui jiwa dan kesehatan anak-anak balita. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu : mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare/muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi. Secara kasar WHO memperkirakan bahwa 100 juta anak balita menderita defisiensi gizi berat seperti kwashiorkor dan marasmus, dengan anak-anak dengan defisiensi gizi dan gejala-gejala ringan diperkirakan jumlah yang jauh lebih banyak (Kardjati, 1985).

E. Penyebab Gizi Kurang

Penyebab kurang gizi dapat dilihat pada skema dibawah ini:



Masalah gizi

(kurang)


Penyakit

infeksi

Asupan

makanan

Penyebab

langsung

Pelayanan

kesehatan

Perawatan

Anak dan ibu hamil

Persediaan makanan

dirumah

penyebab

tidak langsung

Kemiskinan

Kurang pendidikan

Kurang keterampilan

Pokok masalah




Krisis ekonomi

langsung

Akar masalah

Bagan 1. Penyebab kurang gizi

Supariasa dkk, 2001

Masalah gizi khususnya gizi kurang berakar dari masalah krisis ekonomi, yang sebagian besar berkaitan erat dengan kemiskinan, pendidikan rendah dan keterampilan yang kurang, hal ini berdampak pada proses pembangunan. Masalah mendasar tersebut berdampak pada persediaan dan asupan makanan yang kurang, perawatan anak yang salah, timbulnya penyakit infeksi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak tepat. Kurang gizi secara langsung berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental, fisik, produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia dan akhirnya terhadap ekonomi. Untuk itu diperlukan program gizi sebagai bagian dari strategi pembangunan yang lebih luas yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan merata (Roedjito, 1987).

F. Program Perbaikan Gizi

Berdasarkan pada masalah yang ada, maka dapat dirumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta sasarannya. Kemudian dapat dicarikan strategi pemecahan masalah yang dituangkan menjadi program-program. Program tersebut kemudian diimplementasikan sesuai dengan tata waktu dan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan program tentunya dengan peran aktif masyarakat dan instansi terkait. Sebagai acuan tercapai tindakan tujuan, perlu diadakan evaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Suhardjo, 2002)

Program penanggulangan/perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan pemerintah, antara lain :

1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi

2. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baru untuk menurunkan prevalesi gizi kurang dan gizi lebih

3. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.

Program perbaikan gizi menunjang upaya penurunan angka kematian balita dan meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan status gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa maupun di kota. Disamping itu program ini menunjang upaya penggalakan dan pemasyarakatan pemanfaatan aneka sumber pangan dalam rangka penganekaragaman konsumsi pangan (Sukarni,1994)

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rencana Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang Mahasiswa Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo

No

Jenis Kegiatan

Minggu ke-

I

II

III

IV

1.

Pengenalan Dinkes Kabupaten Purworejo

2.

Mempelajari struktur organisasi seksi gizi di Dinkes Kabupaten Purworejo

. 4.

Mempelajari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program perbaikan gizi anemia pada ibu hamil di Dinkes Kabupaten Purworejo

5

Membantu pelaksanaan tugas-tugas instansi, studi pustaka dan konsultasi dengan pembimbing

B. Lokasi Magang

Lokasi Magang adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo yang terletak di Jln. Mayjen Sutoyo no.17 Purworejo, Bidang Gizi Kesehatan Keluarga.

C. Waktu Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan magang adalah selama 1 bulan mulai tanggal 01 Agustus sampai dengan 31 Agustus 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo

1. Kondisi Geografis Kabupaten Purworejo

Kabupaten Purworejo terletak di bagian selatan, tepatnya pada posisi 109° 47' 28'' sampai 110° 8' 20'' Bujur Timur dan 7° 32' sampai 7° 54' Lintang Selatan, merupakan salah satu dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen

b. Sebelah Utara : Kabupaten Magelang dan Wonosobo

c. Sebelah Timur : Kabupaten Kulonprogo DIY

d. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Adapun luas wilayah 1034,81752 Km2

Ketinggian wilayah Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 sampai 420 meter di atas permukaan air laut. Jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo pada tahun 2008 berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo adalah 780.394 jiwa (Profil DKK Purworejo, 2008).

U

kabupaten

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Purworejo

2. Luas dan Pembagian Wilayah Administrasi

Wilayah Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16 kecamatan dengan 25 kelurahan dan 469 desa. Daerah yang terluas adalah Kecamatan Bruno dengan luas 108,43 Km2 atau sekitar 10,48 persen dari luas total Kabupaten Purworejo. Sedangkan Kecamatan Kutoarjo merupakan kecamatan yang memiliki daerah paling kecil yaitu hanya seluas 37,59 Km2 atau sekitar 3,63 persen dari luas total Kabupaten Purworejo.

Dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo tersebar pelayanan kesehatan pemerintah, yaitu 1 RSUD Kelas B, 2 RSIA, 27 Puskesmas, 66 Puskesmas Pembantu. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh swasta antara lain RS PKU Muhammadiyah, RS Aisyiah, RS Permata, RS Kasih Ibu berada di wilayah Kecamatan Purworejo. Di Kecamatan banyuurip ada 1 rumah sakit yaitu RS Purwa Husada dan di Kecamatan Kutoarjo ada 1 rumah sakit yaitu RS Palang Biru ( Profil DKK Purworejo, 2007 ).

3. Keadaan Demografi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo tahun 2007 adalah 778.512 jiwa Apabila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 776.452. jiwa, maka terjadi kenaikan sebanyak 2.060 jiwa atau 0,27 persen. Jika dibandingkan dengan kenaikan tahun 2006 adalah sebanyak 2.167 jiwa atau 0,28 persen maka tahun 2007 terjadi penurunan.

Untuk persebaran penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2007 ini masih belum merata. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo tercatat sebesar 752,32 jiwa setiap kilometer persegi. Jika dibandingkan tahun 2006 kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo mengalami kenaikan, 1,99 jiwa setiap kilometer persegi, dimana wilayah Kecamatan Kutoarjo masih merupakan wilayah terpadat, dengan tingkat kepadatan 1.707,90 jiwa setiap kilometer persegi kemudian Kecamatan Purworejo dengan tingkat kepadatan 1.705.20 jiwa setiap kilometer persegi. Dengan demikian pola penyebaran penduduk di Kabupaten Purworejo pada daerah-daerah yang aktifitas ekonominya tinggi, sarana dan prasarana memadai dan kondisi sosial ekonominya lebih baik. Sebaliknya kepadatan penduduk yang rendah pada umumnya terdapat pada daerah-daerah yang aktifitas ekonominya relative masih rendah dan keadaan sarana transportasi masih terbatas, yaitu di Kecamatan Bruno dengan tingkat kepadatan 407,00 jiwa setiap kilometer persegi dan Kecamatan Kaligesing dengan tingkat kepadatan 480,33 jiwa setiap kilometer persegi.

Rumah tangga di Kabupaten Purworejo dalam 2 tahun terakhir ini sedikit mengalami penurunan dari 200.927 pada tahun 2005 menjadi 199.731 pada tahun 2006 atau 1.196 sekitar 0,60% dan pada tahun 2007 menjadi 195.405 atau turun 4.326 sekitar 2,17%.

Untuk rata-rata anggota rumah tangga sedikit mengalami kenaikan sebesar 0,09 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Purworejo tahun 2007 rata-rata penduduk per rumah tangga tercatat sebesar 3.98 jiwa dan pada tahun 2006 sebesar 3,89 jiwa. Sementara itu jumlah rumah tangga tertinggi dan terrendah pada 3 tahun terakhir atau sejak tahun 2005 sampai tahun 2007 masih sama, yaitu tertinggi di Kecamatan Purworejo sebesar 21.729. jiwa (11,12%) dan terendah di Kecamatan Bagelen sebanyak 7.934 jiwa atau 4,06% ( Profil DKK Purworejo, 2007 ).

4. Kondisi Umum Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purworejo

DKK Purworejo merupakan salah satu instansi pemerintah yang begerak di sektor kesehatan dengan visi Indonesia sehat 2010. Wilayah Kabupaten Purworejo terdiri 16 kecamatan. Dari 16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo tersebar pelayanan kesehatan pemerintah, yaitu 1 RSUD Kelas B, 2 RSIA, 27 Puskesmas, 66 Puskesmas Pembantu. Sedangkan pelayanan kesehatan yang dikelola oleh swasta antara lain RS PKU Muhammadiyah, RS Aisyiah, RS Permata, RS Kasih Ibu berada di wilayah Kecamatan Purworejo. Di Kecamatan Banyuurip ada 1 rumah sakit yaitu RS Purwa Husada dan di Kecamatan Kutoarjo ada 1 rumah sakit yaitu RS Palang Biru.

a. Dasar

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berpikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Purworejo.

b. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya pembinaan dan pengembangan sarana kesehatan serta penyediaan sistem informasi kesehatan yang prima dalam meningkatkan kemandirian kesehatan dan peran serta aktif sektor swasta dan pemerintah menuju Purworejo Sehat 2010. Adapun pengertian dari Purworejo Sehat 2010 dalam Visi tersebut yakni:

a. Masyarakat sudah melaksanakan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)

b.Masyarakat mampu memelihara kesehatannya sendiri dan terjangkaunya pelayanan kesehatan secara merata

c. Tercapainya derajat kesehatan yang optimum.

2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan mempunyai misi :

a. Membina terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu disarana kesehatan dengan berpedoman pada etika dan profesionalisme.

b. Menetapkan kebijakan daerah dalam bidang kesehatan dengan menyusun sistem kesehatan daerah dan mengembangkan surveilans epidemiologi.

c. Mendorong terwujudnya pemberdayaan masyarakat dalam kemitraan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

c. Strategi

Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dalam mewujudkan visi dan misi adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan kabupaten

2. Mewujudkan good governance dijajaran kesehatan kabupaten

3. Mengoptimalkan Sistem Informasi Kesehatan dan sistem informasi penunjang lainnya

4. Pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat

5. Pengembangan sumberdaya kesehatan

6. Pelaksanaan upaya kesehatan melalui peningkatan kompetensi sumberdaya

7. Pemanfaatan informasi survailance untuk perencanaan dan kegiatan program

8. Memantapkan kegiatan penelitian terapan dan kerjasama studi operasional dengan perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya.

d. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Terselenggaranya pembangunan kesehatan kabupaten secara berhasil guna dan berdaya guna untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.

b. Tujuan Khusus

1) Tersedianya peraturan daerah dan produk hukum lainnya yang menunjang sistem kesehatan kabupaten.

2) Terselenggaranya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dengan sistem informasi lainnya di kabupaten.

3) Terlaksananya promosi kesehatan yang terintegrasi dengan pembangunan daerah berbasis pemberdayaan masyarakat.

4) Terlaksananya sistem surveilans penyakit dan sistem kewaspadaan dini penyakit/wabah/bencana baik di tingkat institusi maupun masyarakat.

5) Terlaksananya perencanaan kesehatan berbasis evidence yang ditopang dengan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.

6) Tersediannya pemerataan distribusi tenaga kesehatan baik spesifikasi maupun mutu.

7) Terselenggaranya ketersediaan obat esensial dan perbekalan yang aman dan bermutu serta terjangkau.

2. Sasaran

Sasaran pembengunan kesehatan Kabupaten Purworejo adalah:

a. Seluruh petugas dan karyawan Dinas Kesehatan di semua jenjang memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pemberi pelayanan kepada individu maupun masyarakat.

b. Seluruh petugas kesehatan untuk selalu meningkatkan potensinya melalui kegiatan pembelajaran secara kontinyu dan akuntabel.

c. Seluruh anggota masyarakat sadar, mau dan mampu berperilaku hidup sehat dan bersama-sama berupaya mengatasi masalah kesehatan di lingkungannya.

d. Seluruh pimpinan/pengambil keputusan komit dan konsisten sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

e. Setiap lingkungan pemukiman, tempat-tempat umum (TTU), tempat lingkungan bersih dan usaha, tempat wisata mengutamakan sehat.

f. Pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan terpadu pada semua jenjang pelayanan serta berfungsinya unit pelayanan rujukan.

g. Pemanfaatan sistem informasi kesehatan secara on-line di setiap jenjang pelayanan diutamakan pada pelayanan pemerintah.

e. Cara Pencapaian Sasaran

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, Dinas Kesehatan melaksanakan berbagai kegiatan yaitu:

1. Kebijakan.

a. Membangun komitmen para stakeholder dalam pembangunan berwawasan kesehatan dengan memantapkan kemitraandan kerja sama lintas fungsi/lintas sektoral.

b. Membangun kompetensi sumber daya kesehatan yang profesional.

c. Mengendalikan manajemenproses dan distribusi dalam pelayanankesehatan esensial dengan mendorong pengembangan sumberdaya kesehatan yang ada di wilayah (local spesific).

2. Program dan Kegiatan.

Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dalam melaksanakan pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun 2008. adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran.

1) Penyediaan jasa surat menyurat,

2) Penyediaan jasa komunikasi, sumberdaya air dan listrik,

3) Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor,

4) Penyediaan jasa jaminan barang milik daerah,

5) Penyediaan alat tulis kantor,

6) Penyediaan barang cetakan dan penggandaan,

7) Penyediaan makanan dan minuman,

8) Penyediaan koordinasi dan konsultasi ke luar daerah,

9) Penyediaan koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah.

b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

1) Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan,

2) Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional,

3) Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor,

4) Pemeliharaan jaringan Sistem Informasi Kesehatan.

c. Program Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan.

1) Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD.

d. Program Rehabilitasi sarana dan prasarana kesehatan beserta sarana

pendukungnya.

1) Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan,

2) Administrasi pengadaan sarana dan prasarana kesehatan,

3) Rehabilitasi Puskesmas,

4) Rehabilitasi Puskesmas Pembantu (Pustu),

5) Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (PKD),

6) Rehabilitasi rumah dinas,

7) Administrasi perencanaan dan pengawasan rehabilitasi,

8) Pengadaan peralatan kesehatan (Bid. Yanmed),

9) Administrasi pengadaan peralatan kesehatan (Bid. Yanmed),

10) Pengadaan peralatan kesehatan (Bid. P2MPL),

11)Administrasi pengadaan peralatan kesehatan (Bid. P2MPL),

12) Pengadaan alat promosi kesehatan,

13) Administrasi pengadaan alat promosi kesehatan,

14) Pembangunan senderan lingkungan Puskesmas,

15) Rehabilitasi rumah dinas paramedis puskesmas Pituruh.

e. Program kebijakan dan manajemen peningkatan kesehatan.

1) Pengelolaan sistem manajemen kesehatan.

2) Pengelolaan keuangan kegiatan Dinas Kesehatan.

f. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

1) Penanggulangan penyakit demam berdarah (DBD),

2) Penanggulangan penyakit flu burung,

3) Penanggulangan penyakit kelamin & HIV AIDS,

4) Penanggulangan penyakit Tuberculosis (TBC),

5) Peningkatan surveilan epidemiologi penanggulangan wabah,

6) Peningkatan imunisasi,

7) Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah.

8) Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular malaria.

g. Program obat dan perbekalan kesehatan

1) Pengadaan obat & perbekalan kesehatan

2) Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.

3) Peningkatan mutu penggunaan dan perbekalan kesehatan.

4) Pengepakan obat dan pengiriman.

h. Program Peningkatan Pola Hidup Bersih dan Sehat

1) Pemberdayaan kesehatan masyarakat,

2) Pengendalian lalat di tempat pembangunan akhir dan tempat pembuangan sementara.

3) Pembinaan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pengolahan makanan dan pestisida serta pengawasan IRT dan sarana kesehatan swasta,

4) Operasional laboratorium air,

5) Pendampingan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS),

6) Pelatihan bahaya merokok terhadap kesehatan.

i. Program Peningkatan Gizi Untuk Anak

1) Pemberian tambahan makanan dan vitamin.

j . Program Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat.

1) Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan,

2) Peningkatan pelayanan ASKES tingkat pertama,

3) Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan,

4) Peningkatan kesehatan masyarakat,

5) Peningkatan pelayanan kesehatan calon jemaah haji,

6) Kegiatan puskesmas rawat inap,

7) Sosialisasi dan bintek pemanfaatan PKD

8) Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya.

l. Program standardisasi pelayanan kesehatan.

1) Pelayanan data dan perijinan kesehatan.

2) Pelayanan administrasi kepegawaian aparat kesehatan ( Profil DKK Purworejo, 2008 ).

5. Analisis Situasi Khusus Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo

Seksi Gizi merupakan bagian dari bidang kesehatan keluarga yang di pimpin oleh seorang kepala seksi, 2 orang staf administrasi dan 2 orang staf teknis. Seksi Gizi mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksaanaan kebijakan tekhnis serta pembinaan di bidang gizi yang meliputi:

a. Penyusunan rencana dan program gizi di bidang gizi

b. Peningkatan pendidikan gizi

c. Penanggulangan kurang energy protein (KEP), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A (KVA), dan kekurangan zat gizi mikro lainya

d. Penanggulangan gizi lebih.

e. Peningkatan surveillans gizi

f. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi

g. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala bidang Kesehatan Keluarga sesuai dengan tugas pokok ( Peraturan Bupati, 2008 ).

B. Studi Kasus

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin, suatu senyawa kimia dalam sel darah merah yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini bisa karena kadar hemoglobinnya yang berkurang, atau sel darah merahnya yang berkurang. Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan zat besi. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa dia mengalami anemia dan baru sadar pada saat menjalani tes darah seperti pada waktu donor darah dan tes darah lengkap. Namun gejala umum anemia adalah mudah capek, nafas gampang tersengal-sengal dan terlihat pucat.

Kasus anemia pada ibu hamil yang terjadi di Kabupaten Purworejo mempunyai prevalensi yang cukup tinggi. Pada tahun 2008 sebesar 10,9% menderita anemia dari total seluruh ibu hamil yaitu 11.154 jiwa. Selain itu, cakupan Fe pada ibu hamil juga belum memenuhi target, yaitu sebesar 100%.

Pemecahan masalah anemia pada ibu hamil ini dapat dilakukan dengan memberikan tablet Fe. Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Berdasarkan data hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh DKK purworejo dalam rangka penanggulangan dan survei anemia pada ibu hamil pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Hasil survei anemia pada ibu hamil ibu hamil tahun 2007 ( Hb <11g%>

b. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Fe1, Fe3 tahun 2008. Data pelayanan Fe tersebut merupakan data laporan rutin bulanan Puskesmas pada tahun 2008 yang diserahkan kepada DKK Purworejo. Dari data pelayanan Fe tersebut dapat diketahui bahwa jumlah ibu hamil di Kabupaten Purworejo adalah 11.154 jiwa. Sebanyak 10.457 mendapatkan pelayanan Fe1, sedangkan 9.174 jiwa mendapatkan pelayanan Fe3.

c. Hasil analisa data gizi tahun 2008. Dari analisa tersebut dapat diketahui bahwa jumlah total ibu hamil di Kabupaten Purworejo sebanyak 11.154 jiwa. Sebanyak 1.219 jiwa menderita anemia atau sekitar 10,9%.

d. Rekapitulasi ibu hamil yang mendapatkan Fe 30 dan Fe 90 tahun 2008. Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa jumlah total bumil 11.154 jiwa, yang mendapat Fe 30 sebanyak 10.457 jiwa, sedangkan Fe 90 sebanyak 9.174 jiwa.

e. Rekapitulasi ibu hamil anemia tahun 2008. Dari hasil rekapitulasi dapat diketahui bahwa jumlah total ibu hamil 11.154 jiwa. Sebanyak 1.219 jiwa menderita anemia atau sekitar 10,9%.

2. Pembahasan

a. Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Purworejo

Berdasarkan data yang diperoleh dari DKK Purworejo kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Purworejo tahun 2008 adalah sebanyak 1.219 jiwa dari 11.154 jiwa atau sebesar 10,9%. Jumlah ini termasuk rendah. Namun demikian dapat naik terus-menerus jika tidak ditanggulangi dengan baik.

Menurut data hasil survei anemia pada ibu hamil tahun 2008 dengan Hb <>

DKK Purworejo melakukan berbagai program kegiatan yang tujuannya untuk memperkecil jumlah kasus anemia pada ibu hamil di wilayah Kabupaten Purworejo. Kegiatan yang dilakukannya meliputi :

1. Pengadaan Fe

a. Penyediaan Fe dari DKK Purworejo

Penyediaan Fe di DKK Purworejo direalisasikan dengan menggunakan Dana Alokasi Umum ( DAU ). Permintaan jumlah Fe yang disesuaikan dengan data tahun sebelumnya dan ditambah 10%. Penambahan ini dilakukan karena dimungkinkan ada penambahan jumlah ibu hamil. Pada bulan September 2008 ada sisa 162 kotak, setiap kotak berisi 3000 tablet. Sedangkan pada bulan juni 2009 sisanya tinggal 11 kotak.

b. Penyediaan Fe dari Dinkes Propinsi

Penyediaan Fe ini dilakukan karena ada program perbaikan gizi yang dilakukan oleh Dinkes Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2009. Pengalokasian Fe berjumlah 8459 sachet pada bulan juni 2009. Setiap satu sachet berisi 30 tablet. Sedangkan penggunaan Fe yang terakhir pada tanggal 5 Agustus 2009 sisanya sebanyak 67 kotak. Dengan demikian keseluruhan sisanya adalah sebanyak 78 kotak. Penggunaan Fe tergantung tanggal kadaluarsanya. Jika tanggal kadaluarsanya semakin dekat maka akan lebih dulu digunakan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pemberian Fe pada ibu hamil dilakukan oleh bidan Puskesmas pada setiap kunjungan ibu hamil baik di Puskesmas, Posyandu, bidan dan dokter. Akan tetapi sebelum pemberian tablet Fe terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan Hb. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan seluruhnya oleh ibu hamil. Hal ini di karenakan masih cukup mahalnya biaya yang harus dibayarkan. Walaupun demikian, semua ibu hamil akan mendapatkan Fe dengan atau tanpa pemeriksaan Hb terlebih dahulu.

3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk memantau dan menganalisis hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten kepada ibu hamil yaitu dengan cara melihat data cakupan kunjungan periksa ibu hamil di tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa aktif ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Sedangkan untuk evaluasinya dilakukan dengan cara membandingkan cakupan kunjungan ibu hamil pertama ( K1 ) dan kunjungan ibu hamil yang keempat ( K4 ) dengan target.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Purworejo

Berdasarkan hasil kunjungan dan pengamatan program penanggulangan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Bayan Kabupaten Purworejo ditemukan beberapa hal yang dimungkinkan menjadi faktor penyebab masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil, diantaranya :

1. Cakupan Fe yang belum sesuai dengan target

a. Faktor pada ibu hamilnya sendiri

1. Jarang melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan

2. Sudah melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter

3. Mengkonsumsi Fe secara mandiri

4. Kesadaran yang kurang akan pentingnya Fe pada masa kehamilan.

b. Faktor pada petugas kesehatan

Pendataan ibu hamil yang belum maksimal.

c. Faktor pada tokoh masyarakat

1. Kurangnya dukungan yang diberikan dari tokoh masyarakat

2. Sikap yang kurang peduli terhadap terlaksananya program penanggulangan anemia pada ibu hamil.

2. Ibu hamil

a. Tablet Fe yang diberikan tidak dikonsumsi secara maksimal. Hal ini terjadi karena biasanya setelah mengkonsumsi Fe perut akan terasa sedikit mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar.

b. Tablet Fe yang dikonsumsi selaput gulanya kemungkinan sudah tidak utuh lagi.

c. Cara konsumsi yang salah. Misalnya meminumnya dengan air teh. Telah diketahui bahwa air teh dapat menghambat absorbsi Fe dalam tubuh.

d. Kurangnya mengkonsumsi sayuran yang mengandung besi, misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

e. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya mengkonsumsi Fe pada masa kehamilan.

c. Alternatif Pemecahan Masalah

Penangulangan anemia pada ibu hamil harus memperhatikan penyebab masalah. Karena faktor penyebab anemia pada ibu hamil sangat kompleks (multidimensional), maka penangulangannya juga harus memperhatikan berbagai aspek. Cara pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan pemberian tablet Fe pada ibu hamil yang menderita anemia.

2. Memberi pengertian kepada ibu hamil mengenai cara meminum tablet Fe yang baik, misalnya dengan air putih.

3. Penyuluhan terhadap ibu hamil tentang pentingnya konsumsi Fe pada masa kehamilan.

4. Meningkatkan keaktifan dan peran serta petugas kesehatan.

5. Meningkatkan peran serta tokoh masyarakat.

6. Konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe), misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan :

  1. Anemia pada ibu hamil masih menjadi salah satu masalah gizi yang ada di Kabupaten Purworejo.
  2. Kegiatan penanggulangan anemia pada ibu hamil di Kabupaten Purworejo meliputi :

a. Pengadaan Fe

Pengadaan Fe dilakukan oleh DKK Purworejo dan Dinas Kesehatan Propinsi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan meliputi pemberian tablet Fe kepada ibu hamil yang dilakukan oleh bidan Puskesmas, Posyandu dan dokter.

c. Monitoring dan Evaluasi

3. Tingginya angka anemia pada ibu hamil di Kabupaten Purworejo dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :

a.Cakupan Fe yang belum sesuai dengan target

1.Faktor pada ibu hamilnya sendiri

2. Faktor pada petugas kesehatan

3. Faktor pada tokoh masyarakat

b. Ibu Hamil

1.Tablet Fe yang diberikan tidak dikonsumsi secara maksimal.

2.Cara konsumsi yang salah, misalnya meminumnya bersamaan dengan air teh.

3.Kurangnya konsumsi sayuran yang mengandung besi, misalnya makanan dari hewani, sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan.

4.Kurangnya pengetahuan akan pentingnya konsumsi Fe pada masa kehamilan.

B. Saran

Selain beberapa alternatif pemecahan masalah yang ada, dalam upaya penanggulangan masalah anemia pada ibu hamil yang cukup kompleks, oleh karena itu perlu adanya beberapa kiat antara lain :

1. Penanggulangan anemia ibu hamil harus dilakukan secara berkesinambungan sehingga kasusnya tidak meningkat.

2. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan 1intas program pada setiap jenjang administrasi.

3. Mendukung upaya kemitraan dengan swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk ikut peduli pada pengentasan masalah gizi .

4. Penyebarluasan informasi melalui beberapa media baik formal dan informal secara terus menerus.

5. Peningkatan sistem surveilance gizi, sehingga masalah gizi dapat terpantau secara berkesinambungan

IDENTITAS PESERTA MAGANG

Nama Mahasiswa : Syaifulloh

NIM/Semester : L1A006076/VII

Jumlah SKS yang telah ditempuh :

Alamat rumah : Tlogopragoto, RT 02 RW II Mirit, Kebumen

HP. 085732384796, 085227339681

Email : crewhanprat_07@yahoo.com

Pembimbing Akademik Magang : Ir. Endo Dardjito, MPPM

Institusi Magang

Nama Institusi : Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo

Alamat Institusi : Jln. Mayjen Sutoyo no.17 Purworejo

Pembimbing Lapangan : Sri Wahyuni, SKM

Purwokerto, September 2009

Syaifulloh

NIM. L1A006076